Perbedaan Orang Bodoh vs Orang Cerdas

Belajar Riset Pasar Dan Mendatangkan Pengunjung

Coba kita perhatikan cara orang pada umumnya disekeliling
kita, perhatikan cara mereka dalam mencaplok properti, maksudnya
cara mereka membeli ruko, itu umumnya bagaimana? kalau
“guyonnya” kita bikin taruhan, ayo kita mencaplok di jalan Gajah
Mada Jakarta, mencaplok di jalan Kelapa Gading Jakarta, mencaplok
dimanapun, bagaimana caranya? pada umumnya kita menggunakan
cara bodoh nomor 5 (lima), ini sesuai dengan gambar “kuadran”
yang nantinya akan saya berikan.
Orang bodoh nomor 5 (lima) itu begini, dia mencaplok ruko itu
dari hutang, kalau perlu dengan cara menipu bank supaya dapat
hutang, lalu hutangnya dibelikan ruko, lalu sisa hasil hutangnya
dipakai untuk bisnis, waktu bisnisnya laris gagah dia, merasa hebat

kiri kanan, bangga, “ini lho hebat saya, nggak usah keluar uang tapi
bisa beli ruko dan punya bisnis”, ini namanya, “bonjrot”, ini namanya
tambah tua tambah berhutang, menangnya menang, kalahnya kalah,
kelihatannya cerdas, tetapi menodongkan pistol kepada kepala
sendiri, “hati-hati”, orang yang menangis dari kondisi ini sudah
banyak sekali, kesalahan orang ini apa? sederhana, kesalahannya
adalah karena tidak menang kalah tetap menang tanpa menyakiti
orang lain, lalu yang dia lakukan apa? menangnya menang, kalahnya
kalah, waktu bisnisnya jaya, “mendongak dia”, ibaratnya helikopter
pun bisa dia beli, bukit pun bisa dia beli, namun ingat, hutang itu
jangka waktunya 10th-15th, itu lama lho, waktu bisnisnya turun
akhirnya terbeban hutang, hutangnya masih besar, propertinya disita,
dan hutangnya belum sepenuhnya lunas, kemudian masih
ketanggungan hutang pula.
Istilah “orang bodoh” disini bukan untuk mencela, tetapi ini
sebagai gambaran kuadran saja, memang saya berikan kuadran ini
supaya kita jelas pemetaannya. Jadi, orang bodoh nomor 5 itu adalah
orang yang melakukannya seperti dalam cerita diatas, dia merasa
dirinya tanpa uang, padahal itu bukanlah tanpa uang, itu namanya

pakai hutang, karena itu kita harus ingat bab satu lagi yang sudah
kita pelajari, bukan hanya tanpa uang saja, namun harus tanpa uang
dan tanpa hutang.
Mari kita maju ke cara berikut yang sama-sama salahnya,
yaitu begini, cara dia mencaplok ruko tidak pakai hutang tapi pakai
uangnya sendiri, punya uang 1 milyar dibelikan ruko 1 milyar, cara ini
kejelekannya apa? cuma sebatas duitnya saja, kalau punya 1 milyar,
ya cuma bisa beli ruko 1 milyar, tidak bisa beli ruko yang lebih mahal
dari itu dan yang lebih strategis dari itu, “nggak bisa”, ini namanya
memang betul tanpa hutang, tapi ini namanya pakai uang sendiri,
berarti tanpa hutang tapi pakai uang, nah ini juga “salah”, pengertian
salah disini artinya “keliru” sebagai strategi, bahkan ini bisa disebut
tidak pakai strategi apa-apa, ini namanya beli biasa pakai uang
sendiri, ini disebut orang bodoh nomor 4, berarti dia tanpa hutang
tapi pakai uang, tadi kalau orang bodoh nomor 5 adalah tanpa uang
tapi pakai hutang.
Nah, mari kita lihat satu lagi cara yang salah, yaitu kuadran
nomor 3 atau orang bodoh nomor 3. Cara dia membeli ruko itu
bagaimana? caranya adalah pakai uangnya sendiri atau uang
keluarganya, dia membeli ruko lalu memiliki karyawan dan

mejalankan mesin bisnis, lalu memiliki “passive income” dari hasil
bisnis tersebut, sehingga dia sakit pun tetap bisa dapat uang, duduk
di rumah pun tetap bisa dapat uang, tidak keringatan pun tetap
dapat uang, maka dia merasa, “hebat lho saya, nggak usah
keringatan bisa dapat uang, duduk pun dapat uang, ini namanya
passive income seperti yang diajarkan Kiyosaki”, mendewakan
Kiyosaki atau mendewakan “passive income”, ini tidak salah, tapi
orang yang melakukan ini namanya orang yang ingat jenis rambut
tetapi lupa jenis kelamin, apa maksudnya? ibaratnya begini, kalau
kita cowok, lalu mau mencari pacar, mencari cewek tentunya,
kemudian kita pentingkan dulu jenis rambutnya, “saya senangnya
cewek yang rambut panjang atau saya senangnya cewek yang
berambut pendek ya?”, akhirnya lama-lama benar kita ketemu
dengan yang rambutnya panjang atau bertemu dengan yang
rambutnya pendek, tapi setelah kita balik dan kita lihat wajahnya,
ternyata dia juga sama cowoknya, ini namanya, “jeruk makan jeruk”,
berarti dia ingat jenis rambut tapi lupa jenis kelamin, lalu apa
pengertiannya dengan kita mencaplok properti? jangan pentingkan
dulu itu passive income atau tidak passive income (jenis rambut
panjang atau rambut pendek), pentingkanlah dulu mengunci risiko

(jenis kelaminnya), mengunci risiko itu maksudnya, bikinlah agar
menang kalah tetap menang tanpa menyakiti orang lain, jangan
mendewakan “passive income”, Karena apa? passive income itu juga
ada kelemahannya, yaitu apa? hasil passive income’nya bisa melorot
atau bisa turun. Misalkan kita punya rumah kos-kos’an paling
ganteng, nggak seberapa lama tetangga kita semuanya juga
mendirikan rumah kos, hasil di rumah kos kita bisa turun nggak?
bisa. Kita punya rumah burung walet paling bagus, nggak seberapa
lama semua tetangga kita mendirikan rumah burung walet, hasilnya
bisa turun nggak? bisa, kita punya bisnis di ruko, misalkan saja bisnis
toko sepatu, tapi nggak seberapa lama di daerah itu juga
bermunculan kompetitor toko sepatu, hasil kita bisa turun nggak?
bisa, bukan berarti tidak boleh bisnis, sangat boleh, tapi ingat jangan
mengandalkan membayar ruko dari hasil bisnis, jangan
mengandalkan “passive income”, memiliki passive income itu bagus,
memilki bisnis itu bagus, tapi jangan membayar properti dari hasil
passive income, alasannya karena passive income pun bisa melorot,
Ini orang bodoh nomor 3.
Lalu bagaimana seharusnya, ayo kita menjadi, “orang cerdas
nomor 2 dan nomor 1”, orang cerdas nomor 2 dan nomor 1 ini

disebut cerdas karena apa? dia mencaplok properti entah bentuknya
rumah ataupun ruko, dengan tanpa uang dan tanpa hutang, nanti
salah satu caranya juga akan diajarkan dalam ebook ini. Kalau dia
tidak pakai uang dan tidak pakai hutang, berarti meskipun uangnya
hanya 1 milyar tetap bisa beli ruko yang harga 3 milyar, artinya tidak
terbatas, meskipun dia uangnya cuma 1 milyar, tetap bisa mencaplok
ruko yang harganya jauh lebih mahal tanpa perlu ngutang, kalau
bisnisnya laris, dia senang, dan kalau bisnisnya sudah nggak laris (ya
kita tidak minta ini), tetap menang dia, menang kalah tetap menang
tanpa menyakiti orang lain. Kenapa kok disebut tetap menang? ya
rukonya kan sudah tercaplok, nggak usah pakai ngutang, nggak usah
pakai uangnya sendiri, itu yang disebut menang, berarti menang
kalah tetap menang. Nah jadilah seperti kuadran ini, karena itu
perhatikan cara kerja kita, kalau kita mau membeli ruko atau mau
mencaplok ruko, maka cara kerja kita bagaimana? apakah mau
seperti orang bodoh nomor 3, nomor 4 atau nomor 5?
Sering ketika saya jalan-jalan, lalu diajak kenalan sama orang,
dia bertanya, “bapak yang mengajarkan beli properti tanpa uang dan
tanpa hutang ya?”, saya jawab, “benar”, kemudian langsung dia
ngomong sendiri, “saya ini orang bodoh nomor 5 pak”, ya kita tahu

berarti dia beli propertinya mengandalkan hutang, janganlah
mengandalkan hutang, karena tambah tua tambah berhutang,
janganlah mengandalkan uang sendiri, karena berarti terbatas
dengan jumlah uangnya saja, jangan juga mengandalkan “passive
income”, karena passive income pun bisa melorot atau turun, lalu apa
yang harus kita lakukan? lakukanlah seperti orang nomor 2 dan
orang nomor 1, lihatlah gambar kuadrannya seperti dibawah ini :
kalau tanpa uang dan tanpa hutang berarti rukonya itu sudah
gratis untuk dia, sudah tercaplok, mau dipakai apapun silahkan,
bisnis laris “oke”, bisnis nggak laris atau kalah pun tetap “oke”, yang
disebut strategi itu adalah mengantisipasi skenario kalah, kalau
strategi itu hanya mengantisipasi cerita waktu menang saja, maka itu

bukan strategi namanya, orang-orang yang suka berhutang, mereka
mengantisipasi cerita waktu menang saja, nggak mengantisipasi
cerita waktu kalah, ini namanya bukan strategi. Saya akan tunjukkan
contohnya seperti ketika di medan perang, kalau pasukan kita
banyak, mengalahkan pasukan sedikit, ya ini gampang, ini namanya
bukan strategi atau nggak perlu pakai strategi, tapi kalau pasukan
kita banyak lalu dikepung pasukan yang jauh lebih banyak, berarti ini
keadaan yang tidak enak, keadaan yang kalah, namun kalau kita
tetap bisa menang, baru ini namanya strategi.
Jadi, strategi adalah untuk mengantisipasi cerita kalah,
bagaimana waktu kalah pun tetap menang tanpa perlu menyakiti
orang lain, menang kalah tetap menang, ruko laris nggak laris tetap
propertinya sudah tercaplok, ini menjadi orang tanpa uang dan tanpa
hutang, ini yang disebut menjadi orang nomor 2 dan nomor 1,
lakukanlah seperti mereka.
“Pak Cipto, kalau orang nomor 2 dan nomor 1 sama-sama
cerdasnya tanpa uang dan tanpa hutang, lalu apa bedanya nomor 2
dan nomor 1?”, bedanya sesederhana seperti ini ; orang cerdas
nomor 1 bisa menjadikan propertinya kontan berkali-kali, artinya 1
ruko bisa menghasilkan kontan berkali-kali tanpa menunggu hasil

bisnisnya, tanpa perlu berhutang, kalau orang cerdas nomor 2
kontannya satu kali atau kontan dua kali, kalau yang nomor 1 bisa
kontan lebih dari dua kali, kebanyakan kita bahkan cerdasnya bukan
kontan berkali-kali, tapi cerdasnya hutang berkali-kali, satu ruko
dihutangkan bolak balik, lalu dia merasa, “hore, dapat tambahan
uang”, padahal itu namanya buta warna, itu namanya tambahan
hutang bukan tambahan uang, harusnya satu ruko itu bisa
menghasilkan uang bolak balik, hasil dari kontan berkali-kali akibat
dari strategi.
Sering saya menemui orang dengan pertanyaan yang salah
begini, “Pak Cipto, ajari saya supaya bisa berhutang meskipun saya
nggak punya jaminan properti”, “pak ajari saya untuk berhutang
meski saya nggak punya jaminan”, ini hidupnya salah, penempatan
katanya ini lho salah, harusnya dia bertanyanya kan demikian,
“bagaimana caranya punya properti tanpa punya hutang?”, bukan
punya hutang tanpa punya properti, “terbalik”, dia menjadi orang
bodoh nomor 5 kalau hidupnya terbalik seperti itu.
Jadi, ayo periksa diri kita sekarang, peta kita menjadi seperti
apa? orang bodoh nomor 4, nomor 3 atau menjadi orang bodoh
nomor 5? ayo kita rubah menjadi kuadran nomor 1 dan nomor 2,

sekali lagi pemetaan ini bukan untuk mencela, tapi sifatnya untuk
memetakan supaya memudahkan kita, menemukan kesalahan kita
dimana, dan kemudian memperbaikinya, seru?
NB : “Lho Pak Cipto Orang Bodoh no.5 kok ngga masuk di gambar
Kuadrannya?” Apa kira-kira jawaban saya.........?

“STRATEGI MEMBELI RUKO TANPA UANG TANPA HUTANG”
©COPYRIGHT-2011 | CIPTO JUNAEDY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar